Yukey Anggraini
Lina menyandarkan punggungnya ke dinding kamar mandi, berusaha menenangkan napas yang tersengal-sengal. Tangannya gemetar memegangi wastafel dingin, sementara bayangan di cermin menatapnya dengan wajah pucat dan mata berkaca-kaca. Serangan panik yang kesekian kalinya bulan ini datang tanpa peringatan.
“Tidak … tidak sekarang,” bisiknya, mencoba mengingat teknik pernapasan yang diajarkan terapisnya.
Dari luar, suara Ibu memanggil, “Lina! Makan siang sudah siap!”
“Sebentar, Bu!” suaranya terdengar lebih tinggi dari biasanya. Ia menyeka air mata dengan cepat sebelum membuka pintu.