Apabila berhasil, teknologi ini dinilai dapat menjadi solusi revolusioner di bidang reproduksi. Khususnya, bagi pasangan yang mengalami gangguan kesuburan atau individu yang tidak ingin menjalani kehamilan secara biologis.
Data global menunjukkan bahwa sekitar 15 persen pasangan di dunia menghadapi masalah infertilitas. Kehadiran robot gestasi berpotensi membuka alternatif baru dalam mendapatkan keturunan.
Namun demikian, kemunculan teknologi ini juga memicu perdebatan etis. Beberapa isu yang menjadi sorotan antara lain tentang ikatan emosional antara ibu dan anak, asal-usul sel telur dan sperma yang digunakan, hingga dampak psikologis terhadap bayi yang lahir dari rahim buatan.