Ia menjelaskan, secara tradisi politik internal, Golkar lebih sering memilih ketua dari kalangan yang memiliki jabatan eksekutif maupun legislatif. Figur dengan posisi teritorial dinilai lebih mampu mengonsolidasikan kekuatan partai dan mendongkrak elektoral di tingkat daerah.
“Biasanya yang terpilih adalah mereka yang memiliki jabatan formal di eksekutif atau legislatif, karena dianggap bisa mengangkat suara partai lebih besar,” jelasnya.
Namun, Panji menilai situasi politik kali ini lebih terbuka. Kader non-teritorial tetap berpeluang memenangkan Musda, asalkan mampu menunjukkan kapasitas, soliditas jaringan, serta dukungan finansial yang memadai.